Berita
Internasional

Prof Eniya: Kita butuh a Man as a Woman Champion

• Bookmarks: 337


Metro, petitum.id- Prof Eniya Listiani Dewi hadir mewakili Indonesia dalam pertemuan International Day Women and Girls in Science (IDWGS) 2020 di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, 11-12 Februari 2020.

Pada High-Level Panel bertema “Digital Economy and Society: STI for Sustainable Development”, Prof Eniya berkesempatan menyampaikan pidatonya mewakili Indonesia. Beliau mengangkat tema “Women in Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM)”.

Dikatakannya, jumlah perempuan berpendidikan universitas di Indonesia saat ini lebih banyak daripada laki-laki. Berdasarkan data Kemendikbud, 3 juta mahasiswa aktif setingkat sarjana pada tahun 2018 adalah perempuan. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding mahasiswa aktif laki-laki yang sebanyak 2,6 juta. Namun, tidak demikian halnya dalam penyerapan dunia kerja, termasuk di bidang inovasi dan teknologi, khususnya STEM. Laki-laki jauh mendominasi. Misalnya, perempuan yang berkarir di bidang sains dalam pemerintahan pun hanya 30 persen, guru 36 persen, bisnis swasta 18 persen, peneliti 31 persen, dan engineer 29 persen. Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Artinya, investasi perempuan di bidang pendidikan tinggi tidak menghasilkan return of investment yang memadai. Selain masalah gender stereotyping yang masih kuat, nilai-nilai budaya, beban tanggung jawab mengurus anak dan keluarga, tantangan terbesarnya adalah bagaimana membuat laki-laki menerima perempuan beserta keunggulan pengetahuan yang dimiliki perempuan, baik di bidang tertentu maupun di bidang kemasyarakatan secara keseluruhan.

“Mungkin laki-laki harus terdidik juga, atau dengan kata lain a man as a woman champion,” tegas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini.

Sesungguhnya, memberi kesempatan kepada perempuan untuk mendapatkan karir adalah memungkinkan, asalkan hal-hal seperti gender stereotyping, marginalisasi perempuan dalam industri tertentu, hilangnya kepercayaan diri, perasaan gagal, dan kurangnya pengetahuan tentang karir, diatasi. Diperlukan langkah bersama di antara semua kelompok untuk bertindak dan mendorong perempuan berkiprah di STEM dengan memberi dukungan dan petunjuk dengan cara yang efektif. Termasuk di dalamnya menghadirkan dan mengangkat lebih banyak role model perempuan di bidang sains dan teknologi.

Prof Eniya juga memberi contoh langkah ALMI, sebagai lembaga yang menjadi wadah dari ilmuwan-ilmuwan muda terkemuka di Indonesia, banyak mengangkat profil dan kiprah ilmuwan perempuan sebagai role model melalui tayangan-tayangan video dan media massa yang perlu ditempuh oleh generasi mendatang, termasuk perempuan, guna mencapai Indonesia maju pada tahun 2045.

“We need women in the highest standard,” tandasnya.

Afriyan/Rilis

3 recommended
0 notes
37 views
bookmark icon

Write a comment...

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *