Opini

Jabung dan Literasi

• Bookmarks: 5109


 

Pernahkah kita mendengar satu kalimat “Don’t judge book by the cover?” Kalimat singkat tersebut menurut saya bukan sekedar kalimat, lebih dari itu menyimpan makna tersirat tersendiri. Bisa diartikan sebagai perintah untuk tidak menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Sangat relevan memang dengan kebiasaan kita sebagai manusia yang kerap kali bahkan sangat sering terjebak dengan simbol-simbol tertentu yang akhirnya melahirkan stereotip dalam kehidupan.

Memang hal itu bisa dikatakan sangat wajar, mengingat simbol merupakan perwakilan dari sebuah hal supaya memudahkan kita untuk mengingat sesuatu. Bahayanya jika simbol yang kita pegang dan yakini tersebut membawa diri pada pemahaman yang kurang tepat sehingga bukan hanya merugikan diri sendiri melainkan juga merugikan orang lain.

Misalnya untuk relasi antara laki-laki dan perempuan, narasi laki-laki yang kuat itu tidak boleh menangis. Padahal senyatanya masing-masing manusia terlahir dengan bakat untuk bahagia dan sedih sesuai dengan cara penerimaannya masing-masing. Sayangnya, hal tersebut terus menerus diyakini bahkan dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya mau tidak mau kita harus menuruti tuntutan society untuk tetap tegar.

Dari relasi laki-laki dan perempuan mari kita bergeser sedikit ke relasi dalam masyarakat. Perihal ini saya ingin menceritakan bagaimana sebuah simbol yang melekat kuat di salah satu daerah tertentu memberikan pengaruh yang begitu besar. Hal ini nyata terjadi di daerah Jabung, yaitu salah satu daerah yang cukup populer di kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung yang terkenal sebagai daerah “begal”.

Dua kalimat singkat yang membuat pendengarnya merasa ngeri. Bagaimana tidak, tiap kali ingin berkunjung ke Jabung masih terus menerus dirundung ketakutan kalau nanti di begal di jalan. Stereotip negatif ini sampai sekarang masih diyakini banyak orang. Padahal, pada kenyataannya Jabung bukan hanya begal saja, banyak potensi dan hal-hal positif yang bisa dipelajari dari daerah tersebut.

Keberadaan stereotip yang melekat kuat ini jelas membuat banyak warga asli Jabung menjadi resah. Keresahan itu perlahan-lahan membuat saya sadar. Berdiam diri saja tidak akan merubah keadaan. Hingga akhirnya saya bersama-sama dengan para penggerak lain, pemuda dan warga Lampung Timur melalui gerakan #Jabungbangkit bertekad untuk merubah stigma buruk yang melekat kuat pada daerah Jabung.

Gerakan pengembangan wisata desa dan khususnya literasi di way guruh. Ini saya ambil karena aktivitas saya yang berkaitan erat denga dunia literasi. Sebagai praktisi penerbitan buku, saya merasa terpanggil untuk terlibat dalam gerakan ini, dikarenakan sampai sekarang saya yakin jika literasi mampu melahirkan banyak perubahan. Banyak perubahan besar lahir karena literasi. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang termotivasi, peduli dan tentunya berpengetahuan karena mereka mau membaca, dan mau berliterasi.

Oleh karena itulah saya memilih langkah ini sebagai langkah  perubahan untuk daerah Jabung. Bersama-sama dengan pegiat literasi lainnya akan menyediakan lapak baca di sekitar Way Guruh yang menjadi ikon wisata desa. Melalui lapak baca ini kami sangat berharap bisa meningkatkan minat baca anak-anak, pemuda, pengunjung way guruh dan juga warga dibsekitar Jabung umumnya. Jenis buku yang kami sumbangan juga sangat beragam.

Mulai dari buku bacaan untuk anak-anak, buku agama hingga buku-buku praktis yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jabung seperti buku bercocok tanam, berternak dan buku bisnis di era digital seperti sekarang ini. Harapannya, buku- buku ini dapat merubah mindest dan memotivasi warga menjadi lebih bersemangat mengekplorasi sumberdaya daerah menjadi potensi-potensi ekonomi masyarakat.

Selain menyediakan buku yang sudah kami himpun, kami juga mengajak pemuda Jabung untuk tidak ragu menuangkan ide serta gagasan melalui tulisan. Gagasan yang tertuang tersebut akan kami bantu terbitkan serta publikasikan. Sebagai projek perdana akan diterbitkan sebuah buku berjudul “ Jabung : The Untold Stories” Sebuah buku yang dibuat untuk melahirkan cara pandang terhadap Jabung dari sisi lain, memandang Jabung dari sisi yang jarang diperbincangkan yang seakan-akan Jabung hanyalah sebuah daerah yang berisi begal, daerah yang tidak memiliki sisi positif.

Melalui buku ini mari kita bersama-sama mengaminkan hal lain. Mengaminkan jika Jabung merupakan daerah yang juga memiliki sisi positif, daerah yang juga ingin berkembang ke arah yang lebih baik. Gerakan ini selain berikhtiar untuk merubah stigma negatif juga diniatkan sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan salah satu objek wisata Way Guruh yang berada di daerah Jabung.

Kalau kata Pram “Barang siapa mempunyai sumbangan pada kemanusian dia tetap terhormat sepanjang zaman, bukan kehormatan sementara.” Mari bersama-sama kita bergerak untuk Jabung melalui langkah kecil yang kelah bisa memberikan dampak yang besar untuk Jabung.

Ikhsanudin

5 recommended
0 notes
109 views
bookmark icon

Write a comment...

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *