Lingkungan

Integrated Urban Farming Masa Pandemi Covid-19.

3


 

Ada banyak pilihan kegiatan di saat harus tinggal di rumah pada masa pandemi virus Covid-19 berlangsung. Untuk yang tinggal di perkotaan, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan bisa beternak dan bertani dengan menerapkan integrated urban farming system. Apalagi tren pertanian di perkotaan atau urban farming tengah marak saat ini.

Di banyak kota di Indonesia masyarakat bersemangat berkebun dan bercocok tanam di lahan yang sempit dengan bercocok tanam khususnya tanaman produktif seperti sayuran dan buah sehingga komoditas pertanian macam inipun kini tidak lagi identik milik masyarakat pedesaan dan hasilnyapun dapat dioptimalkan sebagai produksi bahan pangan rumah tangga.

Di masa mendatang, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya produk hasil pangan, integrated urban farming system dapat menjadi salah satu solusi pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga dan mengantisipasi ancaman krisis pangan menggingat kondisi pandemi yang diperkirakan akan berlanjut hingga beberapa bulan kedepan. Hasil tani dan ternak juga dapat dijual sehingga dapat menjadi tambahan income rumah tangga yang dikelola secara kreatif. Untuk urban farming di wilayah perkotaan DKI Jakarta banyak hal stategis yang bisa dilakukan untuk ‘Ketahanan Pangan” secara kreatif dan inovatif dalam fokus pertanian perkotaan (Grand Desain Urban Farming DKI Jakarta).

Rumah susun (Rusun), saat ini terdapat 48 Rusun di DKI Jakarta, dan direncanakan akan terus bertambah. Pertanian bisa dilakukan di lahan-lahan sempit atau lahan kosong sekitar Rusun, atap Rusun, balkon, dan ruang lainnya.

Lahan kosong/tidur, saat ini masih banyak lahan tidur yang belum digunakan oleh pemiliknya dan lahan tersebut bisa digunakan untuk melakukan Pertanian Perkotaan. Lahan kosong/tidur ini termasuk lahan sempadan sungai, lahan pinggiran waduk/embung, fasilitas umum dan fasilitas sosial di perumahan.

Lahan pekarangan rumah dan Gang perkampungan: masih banyak rumah penduduk yang memiliki pekarangan, walaupun sempit, sehingga bisa dimanfaatkan untuk usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Di banyak kampung juga banyak gang (jalan kecil) yang pinggirannya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian perkotaan.

Sekolah, terdapat 2.076 Taman Kanak-Kanak (TK), 2.569 Sekolah Dasar (SD), 1.126 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan 493 Sekolah Menengah Umum (SMU), dan 609 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di DKI Jakarta yang bisa mempraktikan Pertanian Perkotaan, baik untuk pembelajaran siswa, atau kalau memiliki lahan/ruang lebih bisa digunakan untuk produksi pangan untuk warga sekolah.

Gedung: DKI Jakarta memiliki banyak gedung perkantoran, Unit Pelaksana Teknis, dan asrama, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Gedung di sini termasuk gedung di kawasan industri. Gedung tersebut memiliki lahan sedikit dan ruang yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan Pertanian Perkotaan. Target ruang gedung akan diintegrasikan dengan pelaksanaan Desain Besar Bangunan Gedung Hijau.

Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA): saat ini terdapat setidaknya 292 RPTRA di DKI Jakarta, yang sebagian lahannya bisa digunakan untuk Pertanian Perkotaan.

Lahan laut, DKI Jakarta memiliki kawasan pantai dan Kepulauan Seribu yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA) dan budidaya rumput laut.

Bondan Witjaksono

0 notes
3 views
bookmark icon

Write a comment...

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *