Pontianak, petitum.id- Salma (9) dan Atiqa (5) keduanya masing-masing masih duduk di SD Kelas 4 dan TK bertanya kepada untuk apa ayahnya sibuk membungkus paket-paket sembako pada Senin malam (13/4/2025).
Sambil membungkus sembako berisi beras, sarden, mie dan hand sanitizer Anang Suseno Hadi menjelaskan kepada kedua anaknya bahwa dampak virus corona tak hanya membuat mereka tak bisa ke sekolah.
“Virus corona ini juga membuat banyak orang tak bisa pergi bekerja dan kalo mereka tak bekerja maka mereka belum tentu bisa makan seperti kita,” ujar Anang pada kedua anaknya.
Anang tak menyangka penjelasannya justru membuat kedua anaknya pergi ke kamar mengambil celengan mereka untuk diserahkan kepada Ayahnya.
“Ambil ini semua yah, untuk teman yang mau Ayah bagikan,” kata Salma.
Anang tak kuasa menahan rasa harunya. Dua anaknya yang masih kecil menyerahkan tabungannya yang tak seberapa jumlahnya untuk ikut dibagi bersama paket sembako yang telah ia siapkan.
Anang lalu memasukan uang tabungan anaknya kedalam amplop putih bersama kedua anaknya sembari mengingat saat ia menjadi Relawan gempa di Palu. Anang teringat anaknya yang juga ikut menitipkan mainan untuk anak-anak di Palu beberapa waktu lalu.
Anang sendiri telah bergabung dalam kegiatan kerelawanan sejak gempa di Lombok NTB tahun 2018 lalu. Tak hanya bersama Relawan 69 tapi juga bersama Relawan Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI).
Hakim PTUN Manado ini dikenal tak banyak bicara tapi selalu bersedia bekerja. Koleganya Akdhiat mengakui kinerja Putra Lampung tersebut.
“Kalo Anang manut bae dia, taat asas, apalagi kalo kegiatan-kegiatan sosial, cepat dia,” ujar Hakim PTUN Pontianak yang akan segera berpindah ke ibu kota tersebut.
Anang mengajarkan solidaritas dan empati pada anak-anaknya sejak dini. Pelajaran dari seorang relawan lapangan sama seperti yang dicontohkan para seniornya.
Selasa pagi Anang akan kembali menjalankan tugasnya mendistribusikan paket sembako plus uang tabungan anaknya setelah sehari sebelumnya Anang mengantarkan APD titipan relawan ke RS . Prof. Kandou di Manado.
Marta
One thought on “Salma dan Atiqa, Anak Hakim yang “Ikut” Jadi Relawan”